AI Ancaman bagi Dunia Kerja & Bisa Picu Banyak Pengangguran?

Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
19 September 2025 07:10
Robot Gunakan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)
Foto: Ilustrasi robot yang menggunakan AI. (Dokumentasi Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Anthropic Dario Amodei memprediksi kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan pekerjaan manusia. Ini artinya, AI bukan sekadar teknologi canggih, tetapi juga ancaman bagi dunia kerja sehingga menyebabkan banyak pengangguran.

Amodei, perusahaan yang mengelola salah satu laboratorium perusahaan rintisan AI terkemuka di dunia, memperingatkan teknologi ini berkembang sangat pesat dan telah mulai menggantikan pekerjaan.

"Ini sudah terjadi," kata Amodei dalam acara AI+ DC Summit Axios seperti dilansir CNN International, Kamis (18/9/2025).

Komentar Amodei muncul ketika data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja melemah lebih cepat dari perkiraan. Tingkat pengangguran mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun bulan lalu, dan perekonomian hanya menambah sedikit lapangan kerja dibandingkan beberapa tahun terakhir. Namun, belum jelas apakah perlambatan pasar tenaga kerja ini berkaitan dengan teknologi AI.

Dalam banyak kasus, AI lebih menekankan janjinya daripada imbal hasilnya saat ini. Apple, misalnya, menemukan bahwa Siri yang didukung AI tidak memenuhi standar kualitasnya, dan dalam beberapa kasus, penggunaan chatbot AI telah dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental.

Ini bukan pertama kalinya Amodei membunyikan peringatan tentang potensi AI untuk menghilangkan lapangan kerja. Pada bulan Mei, Amodei memperingatkan bahwa perangkat AI yang sedang dikembangkan Anthropic dan perusahaan lain dapat menghilangkan separuh lapangan kerja kerah putih tingkat pemula dan meningkatkan pengangguran hingga 20% dalam satu hingga lima tahun ke depan.

"Ketika sebuah eksponensial bergerak sangat cepat, Anda tidak bisa yakin. Ini bisa terjadi lebih cepat dari yang saya bayangkan, ini bisa terjadi lebih lambat dari yang saya bayangkan, atau sesuatu yang sangat berbeda bisa terjadi," papar Amodei.

"Namun, saya pikir kemungkinannya cukup besar sehingga kami merasa perlu memperingatkan dunia tentang hal itu," tambahnya.

Amodei juga menyarankan pemerintah mungkin perlu turun tangan dan mendukung masyarakat dalam beradaptasi dengan revolusi AI, mungkin dengan mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan AI.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa peringatan berulang Amodei terkadang lebih bertujuan untuk meningkatkan citranya sebagai pemimpin yang bertanggung jawab di bidangnya atau untuk meningkatkan posisi pasar teknologinya. Namun, Amodei berpendapat bahwa banyak orang meremehkan AI.

"Saya pikir ada sedikit ketidaksesuaian di sini, di mana orang terkadang berkata, 'Oh, Anda khawatir tentang apa yang akan dilakukan AI terhadap pekerjaan, tetapi AI tidak dapat melakukan ini, AI tidak dapat melakukan itu. Yah, kita berbicara tentang AI masa kini. Teknologinya berkembang pesat," ungkapnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Survei Deloitte: Gen Z Tak Cari Jabatan, Lebih Pilih Hidup Seimbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular