
Balita Meninggal karena Cacingan, Dokter Jelaskan Cara Pencegahannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus meninggalnya balita berinisial R (4) di Sukabumi, Jawa Barat, akibat infeksi cacing gelang (ascaris lumbricoides) menggemparkan publik. Peristiwa ini menjadi peringatan serius bahwa kecacingan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Dokter IGD RSUD Syamsudin, dr Irfan, menjelaskan balita tersebut datang ke rumah sakit dengan kondisi dehidrasi berat. Saat diperiksa, bahkan ditemukan cacing yang keluar dari hidungnya.
"Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, ataupun tangan yang kotor. Telur menetas di usus lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar," jelas dr Irfan dikutip detikHealth, Rabu (20/8/2025).
Mengapa Cacingan Bisa Fatal?
Cacingan umumnya dipicu parasit ascaris lumbricoides. Infeksi bisa menyerang siapa saja, namun paling sering terjadi pada anak-anak. Penularan biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing, atau tanah yang kotor ketika anak memasukkan jari ke mulut tanpa mencuci tangan.
Gejalanya bisa berupa sakit perut, muntah, demam, dan batuk. Namun, komplikasi serius muncul jika jumlah cacing di dalam tubuh banyak. Cacing yang menggumpal dapat menyumbat usus (ileus), masuk ke usus buntu hingga memicu apendisitis, bahkan menyumbat saluran empedu yang berujung peradangan parah pada hati dan pankreas.
Kondisi gizi buruk semakin memperburuk risiko. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), cacing bisa mengganggu penyerapan nutrisi, termasuk protein, zat besi, dan vitamin A. Beberapa jenis cacing juga menyebabkan kehilangan nafsu makan hingga anemia.
7 Hal Penting tentang Kecacingan
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, merangkum tujuh hal yang perlu diperhatikan dari kasus ini:
1. Perlu investigasi medis resmi - Analisis penyebab kematian menunggu penjelasan rinci dari pihak rumah sakit.
2. Lingkungan harus diteliti - Pemeriksaan di sekitar pemukiman penting untuk mencegah kasus serupa.
3. Jenis cacing beragam - Mulai dari cacing gelang, cambuk, tambang, hingga strongyloides.
4. Penularan lewat sanitasi buruk - Telur cacing dalam tinja bisa mencemari tanah dan air, lalu masuk ke tubuh manusia.
5. Anak dengan gizi buruk lebih rentan - Nutrisi yang tidak memadai membuat infeksi cacing lebih berbahaya.
6. Penanganan tersedia - WHO merekomendasikan konsumsi obat cacing berkala, edukasi kesehatan, dan perbaikan sanitasi. Obat yang aman dan efektif juga sudah tersedia.
7. Target global 2030 - WHO menargetkan pengendalian kecacingan secara global. Indonesia juga perlu menetapkan target serupa demi menyongsong Indonesia Emas 2045.
Prof Tjandra yang merupakan Ahli kesehatan masyarakat yang juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI mengingatkan, kecacingan adalah penyakit lama yang seharusnya bisa dikendalikan dengan obat murah dan mudah didapat.
"Tidak elok bila Indonesia masih berhadapan dengan masalah kecacingan saat menuju 2045," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Kasus Raya menunjukkan pentingnya kesadaran keluarga akan kebersihan makanan, sanitasi lingkungan, serta kebiasaan mencuci tangan. Pemerintah juga diharapkan lebih aktif dalam program pemberian obat cacing massal dan edukasi masyarakat.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jarang Disadari Orang Tua, Ini 7 Tanda Diabetes pada Anak
