
Anak SMP di Kediri Dapat Rp1,2 M dari Presiden, Ini Kisahnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kisah tak biasa datang dari Kediri, Jawa Timur pada 1989. Seorang pelajar SMP bernama Seger (15 tahun) tiba-tiba menjadi sorotan nasional setelah menerima hadiah setara Rp1,2 miliar dari Presiden Soeharto.
Semua itu berawal dari sebuah penemuan tak terduga di sawah, yang kemudian menguji kejujurannya. Kala itu, Seger tengah mengisi masa liburan sekolah dengan bekerja sebagai buruh tani di sawah milik Zaini di Kediri, Jawa Timur.
Ia tidak sedang bermain saat itu menjadi buruh tani, melainkan berusaha mengumpulkan uang untuk melunasi tunggakan SPP selama dua bulan. Rapor ditahan, dan tekanan dari pihak sekolah membuatnya khawatir akan putus sekolah.
"Saya sampai terbawa mimpi. Kepala sekolah meminta saya segera melunasi SPP. Perasaan saya kacau sekali," kenang Seger dalam wawancara dengan Kompas (2 Desember 1989), dikutip Minggu (10/8/2025).
Setiap hari selama liburan, ia mencangkul sawah dari pagi hingga sore. Sampai akhirnya, pada 21 Juni 1989, kejadian tak terduga datang. Saat menggali tanah sedalam setengah meter, cangkulnya menghantam benda keras. Bukan batu, tapi logam yang mengeluarkan suara nyaring seperti dentingan.
Ia pun penasaran dengan menggali lebih dalam dan kemudian langsung terkejut Ketika menemukan sebuah benda pipih berlapis emas, bertatahkan permata dan berlian. Ia langsung memanggil dua temannya dan bersama-sama membawa temuan itu ke kantor polisi. Tak butuh waktu lama, berita ini menyebar cepat dan menghebohkan masyarakat.
Seger sebenarnya bisa saja menyembunyikan temuannya dan menjualnya secara diam-diam. Namun, dia memilih jalur jujur. Benda tersebut ternyata bukan sembarangan. Benda itu memiliki berat mencapai 1,2 kilogram, terbuat dari emas murni, dan dihiasi 48 butir permata serta berlian. Para ahli menduga artefak ini berasal dari masa akhir Kerajaan Majapahit.
Nilai materinya sangat tinggi. Emas 1,2 kilogram di masa kini setara miliaran rupiah, belum termasuk nilai permata, berlian, dan faktor sejarah yang tak ternilai.
Atas tindakan jujurnya, Seger menerima penghargaan dari berbagai pihak. Harian Suara Karya (2 Desember 1989) melaporkan, Presiden Soeharto melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan memberikan uang sebesar Rp19,7 juta. Pangdam Brawijaya menyumbang Rp140 ribu, Pemda Kediri menambahkan Rp1,12 juta, dan pemilik sawah mendapat Rp9 juta.
Seger juga mendapat beasiswa pendidikan hingga perguruan tinggi. Jika ditotal, ia menerima sekitar Rp20 juta. Menurut Suara Pembaruan (8 Januari 1989), harga emas kala itu adalah Rp24 ribu per gram. Artinya, dengan duit Rp20 juta, Seger bisa membawa pulang 833 gram emas. Dengan harga emas hari ini yang mencapai Rp1,8 juta per gram, nilai 833 gram emas kini setara Rp1,1 miliar.
Kejujuran Seger mungkin tak memberinya kekayaan instan, tapi memberi warisan moral yang tak lekang oleh waktu: kejujuran. "Entah apa jadinya kalau ditemukan di Jakarta. Semoga Ananda Seger bisa menjadi teladan bagi penemu lain," ujar Mendikbud Fuad Hassan kala itu.
(mfa/haa)
