CNBC Insight

Sosok Ini Kaya Raya dari Jualan Kelereng-Beras, Ogah Wariskan ke Anak

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
17 July 2025 11:40
TD. Pardede. (Ist tangkapan Layar)
Foto: TD. Pardede. (Ist tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beras merupakan bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Tak heran jika permintaannya tinggi dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

Dari komoditas inilah, seorang pria bernama TD Pardede berhasil menapaki jalan menuju puncak kekayaan. TD Pardede dikenal sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang memulai usahanya dari muda. Sejak 1923 atau usia 7 tahun, dia memulai jual-beli kelereng di pasar.

Lalu, berlanjut ke jualan gula hingga berhasil menguasai bisnis gula di Tapanuli di usia belasan tahun. Menurut catatan buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia (1980), pria kelahiran 16 Oktober 1926 itu sempat berjualan beras yang menjadi titik balik kehidupannya. 

Setelah 1945, tepat di usia 20-an tahun, dia berbisnis beras. Langkah ini diambil bukan sekadar untuk berdagang, tapi bagian dari perjuangan. Dalam otobiografi Dr. T.D. Pardede, Wajah Seorang Pejuang Wiraswasta (1981), dia mengangkut beras dari Tapanuli dan menjualnya ke Pekanbaru.

Dari setiap kilo atau liter beras, dia hanya mengambil keuntungan setengah hingga satu sen. Sedangkan sisanya, dipakai sebagai modal dan dialihkan untuk mendukung kemerdekaan. 

Selagi berjualan beras, Pardede juga bertugas memastikan jalur logistik pangan bagi para pejuang. Dia menjembatani jalur distribusi antar daerah dan membangun jaringan antara pasukan gerilya dan warga desa.

Bantuan Pardede sebagai penjual beras disebarkan kepada masyarakat dan pejuang. Dari sinilah, dia melihat banyak rakyat miskin dan berniat ingin membantu mereka. Namun, dia perlu berbisnis di luar industri beras. 

Maka, pada 1949, dia memulai bisnis industri kaus singlet. Dari usaha inilah, kekayaannya mulai terkumpul. Bisnisnya terus berkembang dari hanya kaus singlet ke pakaian lain seperti baju dan selimut.

Dia kemudian mendirikan berbagai perusahaan. Mulai dari pabrik tekstil, hotel, perkebunan, klub sepakbola, hingga berbagai usaha lainnya. Jumlahnya mencapai 26 perusahaan dengan aset miliaran rupiah.

Berkat keberhasilannya, Pardede dijuluki sebagai 'raja tekstil' dan 'raja uang' pada era 1980-an.

Tak Boleh Sombong

Namun, kekayaan tak membuatnya silau. Pardede dikenal menganut filosofi hidup sederhana.

Dalam buku 75 Tahun Dr. T.D. Pardede (1991), dia mengajarkan bahwa "orang kaya harus belajar hidup miskin." Artinya, seseorang yang sukses harus tetap rendah hati dan selalu mengingat masa-masa sulit di masa lalu.

Menurutnya, kekayaan adalah titipan Tuhan yang tidak boleh disombongkan. Semua harta hanyalah amanah, sehingga harus digunakan untuk kebaikan.

Berdasarkan prinsip ini, Pardede aktif dalam kegiatan sosial, termasuk membangun rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah, khususnya bagi masyarakat di Medan dan Sumatra Utara.

T.D. Pardede meninggal dunia pada 18 November 1991 di Singapura. Menurut laporan Tempo (26 Maret 1994), sebelum wafat, 'raja uang' itu mewasiatkan agar seluruh hartanya tidak diwariskan kepada anak-anaknya.

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular