Modus Crazy Rich Gadungan

Polisi Tangkap Crazy Rich Gadungan, Pengangguran Penipu Banyak Wanita

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
09 July 2025 14:40
Ilustrasi pria penipu. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi pria penipu. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa yang tak terpikat oleh sosok pria berwibawa, mengaku anak sultan, kaya raya, serta fasih bicara soal agama dan masa depan? Bagi banyak perempuan, dia tampak seperti calon suami idaman.

Tak heran jika Sabidin, pria asal Yogyakarta, dengan mudah menikahi perempuan-perempuan dari keluarga terpandang di seantero Jawa. Namun di balik pesona dan cerita sohornya, Sabidin ternyata hanyalah seorang pengangguran.

Atas rangkaian kebohongan dan penipuannya, polisi menangkap crazy rich gadungan itu dan akhirnya dapat hukuman empat tahun kerja paksa. Kisah ini terjadi 139 tahun yang lalu, tetapi modusnya terasa begitu relevan hingga hari ini.

Crazy Rich Gadungan

Antara tahun 1884 dan 1886, nama Sabidin sempat jadi buah bibir. Menurut laporan koran Java Bode (18 Agustus 1888), Sabidin dulunya adalah pelaut. Dia dikabarkan pernah berlayar hingga Jepang dan Paris.

Namun, setelah kontraknya selesai, dia kembali ke daratan dan tinggal di Kramat, Batavia. Di sanalah titik balik hidupnya dimulai. Dia berkenalan dengan seorang pensiunan pejabat Lebak bernama Djajakoesoemah.

Dari sinilah, kebohongannya bermula. Saat ditanya asal-usul, Sabidin mengaku berasal dari Anyer. Dia kemudian bersikap bak orang berdarah biru, yakni tutur katanya sopan, pembawaannya tenang, dan fasih membaca ayat-ayat Al-Quran. 

Djajakosoemah lantas menyebut Sabidin "Pangeran Timur" sebagai julukan dari anak Sultan Banten terakhir yang diasingkan ke Surabaya pada 1850. Entah apa yang dipikirkan, Sabidin lantas memakai sebutan tersebut untuk legitimasi identitas diri. 

Ketika dibawa Djajakoesoemah ke Bupati Serang, Sabidin memperkenalkan diri dan bersikap seperti pangeran. Hasilnya, luar biasa.

Sabidin diperlakukan layaknya bangsawan sejati. Dia dihormati, diberi uang, dijamu setiap hari, dan diperbolehkan menumpang tinggal di rumah para tokoh tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun.

"Dia pun menjalani hidup dengan nyaman dan gratis," ungkap koran Java Bode.

Tipu Banyak Wanita

Akal bulus Sabidin tak berhenti begitu saja. Dia kemudian meminta surat identitas baru yang mencantumkan namanya sebagai "Haji Maulana Timur" kepada Bupati Serang.

Berbekal surat inilah, dia mulai menjelajah berbagai kota di Jawa, seperti Bogor, Bandung, Majalengka hingga Cianjur. Di tiap kota, sambutan yang diterima selalu sama, yakni dihormati, dijamu, dan diberi tempat tinggal secara cuma-cuma.

Bukan cuma itu, Sabidin juga memanfaatkan keistimewaannya dengan menikahi perempuan di setiap kota yang disinggahi. Dalam laporan koran de Locomotief (24 Agustus 1888), dia mengaku di hadapan keluarga perempuan sebagai bangsawan kaya raya dengan simpanan besar di bank.

"Dalihnya punya 12 ribu gulden di bank," ungkap de Locomotief.

Dengan kondisi ini, perempuan pasti cepat jatuh hati. Tercatat, dia menikahi Sapirah, putri dari Djajakoesoemah di Serang. Di Priangan, dia menikahi anak seorang pejabat. Di Cirebon, dia menikahi putri dari Haji Talka, salah satu ulama ternama.

Namun, semua itu akhirnya terbongkar.

Kecurigaan datang dari Residen Bandung, Van Vleuten. Dia memeriksa dokumen Sabidin dan menemukan kejanggalan. Setelah dilakukan penyelidikan lintas wilayah, terungkap bahwa Sabidin hanyalah penipu yang memanfaatkan gelar palsu dan kepercayaan masyarakat demi hidup mewah tanpa bekerja.

Investigasi ini kemudian dikuatkan saat Sabidin dibawa ke hadapan bangsawan Banten. Ternyata, tak ada satupun bangsawan yang mengenalnya. Dari sinilah, publik heboh.

Pada 29 April 1884, Sabidin ditangkap polisi dan dibawa ke pengadilan di Surabaya. Oleh hakim, dia dijatuhi hukuman empat tahun kerja paksa atas kasus penipuan pura-pura menjadi bangsawan.

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular